Ahadiah Akrima
10511400
1 PA 09
Manusia dan
Keindahan
Kata
keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek
dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,
pemandangan alam, manusia, tatanan, rumah, alat-alat rumah tangga, suara, warna
dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas
keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi,
sosial, dan budaya. Karena itu, keindahan dapat dikatakan bahwa keindahan itu
bagian dari hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dimanapun, kapanpun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan
adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah
keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya
tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak
indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak
benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran
menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna
sepenuh-penuhnya mengenai objek yang diungkapkan.
Keindahan
juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu
dan tempat, selera mode, kedaerahan atau local.
Menurut
The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetika”, menurut asal katanya, dalam
bahasa inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful” dalam bahasa
perancis “beau” sedang italia dan spanyol “bello” berasal dari kata latin
“bellum”, akar katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai
bentuk pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis
“bellum”.
Menurut
cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita
abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam
bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful
(benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat yang kedua pengertian
itu kadang-kadang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan
menurut luasnya pengertian.
Kenidahan
dalam arti estetis murni menyangkut pengelaman estetis dari seseorang dalam
hubungannya segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti
terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang
dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Salah
satu mencari ciri-ciri umum yang ada pada semua benda yang dianggap indah dan
kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan penegrtian
keindahan. Jadi keidahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu
yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah
kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkuan (symmetry), keseimabangan
(balance), dan perlawanan (contrast).
Dari
ciri itu dapat disimpulkan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan
dan kebaikan dari garis, warna, bentuk dan kata-kata. Adapula yang berpendapat
bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam
suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat.
Keindahan
dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan
pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi
adalah dasar dari dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati
sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk diluar
diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang
indah itu memikat atau menarik perhatian orang yang melihat, mendengar. Bentuk diluar
diri manusia itu berupa karya budaya yaitu karya seni lukis, seni suara, seni
tari, seni sastra, seni drama atau film, atau berupa ciptaan Tuhan misalnya
pemandangan alam, bunga warna-warni dan lain-lain.
Apabila
kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi
itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu
merupakan faktor pendorong untuk merasakan dan menikmati keindahan. Karena
derajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka
tanggapan antara keindahan karya seni itu indah, tetapi orang lain mengatakan
karya seni itu kurang/tidak indah, karena selera seni berlainan.
Bagi
seorang seniman selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan
seniman. Bagi orang bukan seniman mungkin faktor ekstansi lebih menonjol. Jadi,
ia lebih suka menikmati karya seni dari pada menciptakan karya seni. Dengan
kata lain, ia hanya mampu menikmati keindahan tetapi tidak mampu menciptakan
keindahan.
Keindahan
itu pada dasarnya adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan ini berarti bahwa
keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiyah artinya wajar, tidak berlebihan tidak
pula kurang. Kalau pelukis melukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenarnya,
justru tidak indah. Bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan misalnya marah
meluap-luap padahal masalahnya kecil, atau Karena kehilangan sesuatu yang tidak
berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak indah.
Pengungkapan
keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan denga tujuan
tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai
penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan
nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi
lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia,
martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar